Rabu, 10 September 2014

pohon terakhir

kukira pinus-pinus itu akan menerima kehadiranku
tidak ternyata
mungkin pendekatannya salah
tersesat jadinya
baik pinus kecil dan besar
mereka mengelabuiku
terus keatas dan jangan lihat kebawah
serempak ku dengan hati
bahwa itu adalah pohon terakhir
tidak ternyata
masih banyak pohon-pohon diatas sana
sampai akhirnya 
kami merasa senang, riang dan bahagia
setelah melihat pohon terakhir 
dan mata tertuju kebawah
indah tak berkata
luas sekali rerumputan hijau itu
lapang sperti gurun pasir
yang tertutup dengan rumput hijau
yah, itu savana..


tak ada yang cukup

satu tahun tak cukup
seumur hidup?
sepertinya cukup
ah, itupun tak cukup
12 tahun juga tak cukup
aku mau yang cukup
tak sekedar cukup
bahkan lebih dari cukup
cukup
dan cukup
cukup
untuk mencukupi kecukupanku
yang lebih dari cukup

jauh dari kata itu

aku rindu akan kesucian
yah, itu aku anggap suci
dimana orang suci berinteraksi
berdedikasi, berimajinasi dan bersosialisasi
dengan orang suci
pengkajian yang suci
pergaulan yang suci
perpisahanpun suci
sedangkan aku
jauh dengan kata suci itu..

kurang ajar

anak kurang ajar
merasa dia benar
titah orang tua dibantah
digubris seperti tak punya salah
mau jadi apa kau?
hina sekali hidupmu 
mereka selalu berdo'a 
untukmu anaknya
tapi balasannya?
seperti inikah?
dasar, kurang ajar

tak tahu aku

merasa malu
merasa pilu
tak tahu aku
hebatkah aku?
tidak untukku
lalu aku?
tak tahu aku
siapa aku?
tak tahu aku
merasa benar
tapi tak sadar
angkuh dan acuh
jiwa mana yang mau
hewanpun tak mau
apalagi aku
bahh, sudahlah