Adab Sya’by
Lisan dan Ghairu Lisan
MAKALAH
A.
LATAR
BELAKANG
Folklor
adalah bagian dari kebudayaan. Folklor
apapun bentuk dan wujudnya diciptakan atau dikreasikan oleh manusia (man
made). Folklor dari generasi ke genarasi diwariskan melalui lisan, setengah
lisan (sebagian lisan) ataupun bukan lisan.
Menurut
Prof.
James, Folklor pertama kali diperkenalkan ke dalam dunia pengetahuan oleh William Jonh Thom,
seorang ahli kebudayaan antik dari inggris.
Istilah tersebut di perkenalkan
oleh William Jonh Thom dalam artikelnya di majalah The Athenacum terbitan
No. 982 tanggal 22 Agustus 1846, dan dia mempergunakan nama samarannya
dengan Ambrose Merton. William Jonh Thoms awalnya menciptakan istilah folklore untuk
sopan-santun Inggris, takhayul, balada, dsb. untuk masa lampau (yang sebelumnya
disebut: antiques, popular antiquities, atau popular literature).
Kata
folklor merupakan kata pengindonesiaan dari bahasa inggris yaitu “folklore”.
Kata tersebut merupakan kata majemuk yang berasal dari 2 kata dasar “folk” dan
“lore”. Keduanya mempunyai arti tersendiri , “folk” yang berarti “kolektif”
bisa diartikan juga sebagai ‘sekelompok orang yang
memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat
dibedakan dari kelompok-kelompok sosial satu dengan lainnya. Ciri-ciri pengenal
itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa,
taraf pendidikan, dan agama yang sama’ Danandjaja (1984:1; Sudikan, 2001:11). Kemudian kata “lore” yang berarti
“tradisi” dan bisa juga diartikan ‘sebagian kebudayaan yang diwariskan secara
lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat’ Danandjaja (1984:1-2). Adapun
beberapa pendapat tentang pengertian Folklor, yaitu “Dongeng-dongeng, cerita-cerita,
cerita rakyat” (John M. Echols & Hassan Shadily, 1977: 251).
Dengan demikian pengertian folklor ialah
sekumpulan ciptaan atau cerita adat-istiadat yang sakral yang dibuat oleh suatu
kelompok masyarakat ataupun perorangan tentang asal-usul semesta
manusia/bangsa, mengisahkan tentang petualangan bertokoh para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain (khayal) diungkapkan dengan cara ghaib
(mistis) dan merujuk pada hal penting yang dianggap benar-benar terjadi,
bersifat anonim, turun-temurun dari generasi ke generasi melalui lisan atau
bukan lisan. Adapun define lain yang dikemukakan oleh Brunvand, yaitu “Folkrore
may be defined as those materials in culture that circulate traditionally among
members of any group in different versions whether in oral or by means of
customary example” (1968:5 dalam Hutomo, 1991:5)
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
saja ciri-ciri pengenal utama folklor ?
2.
Apa
perbedaan antara folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan ?
3.
Apa
saja fungsi dan sifat folklor ?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui cirri-ciri pengenal utama folklor.
2.
Mengetahui
perbedaan antara folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
3.
Mengetahui
fungsi dan sifat folklor.
1.1
Ciri-ciri Pengenal Utama Folklor.
Seperti yang kita ketahui, folklor berbeda
dengan kebudayaan lainnya, untuk mengetahui seluk-beluk perbedaan tersebut,
kita perlu mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri pengenal utama folklor pada
umumnya. Adapun ciri-ciri pengenal utama folklor yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1.
Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara
lisan, yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu
generasi ke geerasi berikutnya, sehingga tidak lagi diketahui siapa pengarangya
atau dari mana asal sumber tersebut.
2.
Folklore bersifat tradisional, yaitu
disebarkan dalam bentuk relative tetap atau dalam bentuk standar. Itu
disebabkan diantara kolektif tertentu dalam rentang waktu yang cukup lama
(minimal 2 generasi).
3.
Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami
perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
4.
Folklor bersifat anonim , nama penciptanya tidak
diketahui lagi.
5.
Biasanya mempunyai bentuk berpola.
6.
Folklor mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif.
Biasanya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan
cerminan keinginan yang terpendam.
7.
Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri
yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor
lisan dan sebagian lisan.
8.
milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
9. Pada umumnya
bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu
sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi
manusia yang jujur.
1.2
Ahli Folklor di Dunia
Di dunia ini terdapat pula ahli-ahli folklor yang
mengkaji tentang berbagai folklor dengan latar belakang dan sudut pandang yang
berbeda. Ahli folklor di dunia dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Ahli folklor Humanitis
Ahli folklor yang berlatar belakang ilmu bahasa dan
kesusasteraan. Para ahli folklor humanities ini berpegang teguh pada definisi
W.J Thoms “Memasukkan ke dalam folklor bukan
saja kesusasteraan lisan (cerita rakyat dan lain-lain), melainkan juga pola
kelakuan manusia (tari, bahasa isyarat), bahkan juga hasil kelakuan yang berupa
benda material (arsitektur rakyat, mainan rakyat, dan pakaian rakyat)”.
2.
Ahli folklor Antropologis
Ahli
folklor yang berlatar belakang ilmu antropologi. Para ahli folklor antropologis
ini membatasi objek kajian mereka hanya pada unsur-unsur kebudayaan yang
bersifat lisan saja. misalnya: cerita prosa rakyat, teka-teki, peribahasa,
syair rakyat, dan kesusasteraan lisan lainnya.
3.
Ahli folklor Modern
Ahli
folklor yang berlatar belakang ilmu-ilmu interdisipliner. Para ahli folklor
modern mempunyai pandangan yang terletak di tengah-tengah di antara kedua kutub
perbedaan itu tadi. Mereka bersedia mempelajari semua unsur kebudayaan manusia
asalkan diwariskan melalui lisan atau dengan cara peniruan.
Selain ciri-ciri pengenal utama folklor dan macam-
macam ahli folklor dunia, adapun pembagian folklor berdasarkan tipe-tipe
folklor itu sendiri yang di kemukakan oleh Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja, 1984:21-22; Sudikan, 2001:12-13),
ia adalah seorang ahli folklor Amerika Serikat, yang membagi folklor ke dalam
tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian lisan,
dan bukan lisan,
untuk penjelasannya sebagai berikut :
untuk penjelasannya sebagai berikut :
1.3
Folklor Lisan (Verbal
Folklore)
Folklor lisan
merupakan folklor yang murni yang diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara
lisan (oral). Folklor jenis ini disebut juga sebagai fakta mental. Bentuk-bentuk folklor yang termasuk dalam
kelompok besar ini antara lain :
1. Bahasa rakyat :
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat untuk sarana berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Logat atau dialek
Hal ini tidak akan
mungkin dihilangkan. Akan tetapi banyaknya hubungan antar suku bangsa yang
menjadikan kebanyakan dialek berkurang, dikarenakan bahasa Indonesia yang
menjadi bahasa persatuan dan kesatuan. Namun tidak akan begitu saja
menghilangkan atau menghapuskan bahasa-bahasa daerah.
b. Etimologi
(keratabasa)
Meningkatnya
pendidikan bangsa menimbulkan kepandaian dan kemampuan masyarakat, keratabasa
dalam arti volks ethimologi akan berkurang dan yang ada adalah etimologi secara
ilmiah.
c. Gelar atau
julukan.
d. Jargon
Yaitu bahasa
rahasia yang biasanya dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
e. Slang
Lebih kepada
bahasa yang sering digunakan oleh anak muda, lebih dikenal sebagai bahasa
“nyentrik” atau “gaul”.
2. Ungkapan tradisional
Suatu
kalimat yang berintisarikan dari pengalaman yang panjang yang berisikan tentang
kebenaran dan kebijaksanaan. Seperti : peribahasa, pepatah, pomeo.
3. Pertanyaan
tradisional
Ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu
atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka. Perkembangannya
mengikuti kemajuan masyarakat, semakin maju suatu masyarakat maka akan semakin
sukar teka-teki yang dibuat. Seperti : teka-teki
4. Puisi rakyat
Kesusasteraan rakyat yang sudah memiliki bentuk
tertentu, berfungsi sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, dll. Seperti :
pantun, syair, sajak, dan gurindam.
5. Cerita prosa
rakyat
Merupakan suatu cerita
yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam
masyarakat. Seperti : legenda, dan dongeng.
6. Nyanyian rakyat
Sebuah tradisi lisan
dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang
tradisional. Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari
maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam
pelipur lara. Seperti : music rakyat, lagu-lagu dari berbagai daerah.
Beberapa contoh folklor yang lisan yang
terdapat di jazirah arab:
·
“ليس من امبر امصيام فى امسفر” kalimat tersebut dalam
bahasa fushah adalah “ليس من البر الصيام فى السفر”
Kalimat di atas adalah dialek Lahjah al-Thamthamaniyah, adalah perubahan lam ta’rif menjadi mim.
Penamaan ini dinisbahkan kepada kabilah Thayi’, Azd, dan kepada kabilah Humair
di Selatan Jazirah Arab. Termasuk
dalam katagori bahasa rakyat.
·
Dan salah satu dongeng rakyat yang terkenal adalah حكايات الملك شهريار
وأخيه الملك شاه الزمان
yaitu salah satu cerita tengkang ratusan atau bahkan ribuan cerita dalam
dongeng ألف ليلة
وليلة yang kita kenal sebagai
Seribu Satu Malam.
1.4
Folklor Sebagian Lisan (Partly
verbal folklore)
Folklor sebagian
lisan merupakan folklor yang bentuknya merupakan
campuran antara unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai
fakta sosial. Kepercayaan rakyat misalnya, yang oleh
orang “modern” seringkali disebut takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang
bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib
atau mistis. Yang termasuk dalam folklor sebagian lisan,
adalah sebagai berikut :
1.
Kepercayaan rakyat atau disebut juga sebagai
takhyul.
Kepercayaan ini sering
dianggap tidak berdasarkan logika (tidak masuk akal), karena tidak bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah ataupun secara akal pikiran manusia awam,
menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur
kata dan secara turun-temurun.
2.
Permainan dan hiburan rakyat.
Kebanyakan disebarkan melalui tradisi lisan dan
penyebarannya cenderung tanpa bantuan orang dewasa. Seperti contoh : bekel,
congkak, main tali, dsb.
3.
Teater rakyat.
Seperti contoh : lenong, ketoprak, dan ludruk.
4.
Tari rakyat.
Tarian tradisional yang
secara turun temurun dipelajari dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Seperti contoh : jaran kepang, tayuban, doger, ronggeg, dsb.
5.
Adat kebiasaan.
Suatu kebiasaan yang biasanya dilakukan untuk
memperingati hari-hari tertentu, atau kejadian tertentu (kematian, kelahiran,
pernikahan, khitanan, syukuran) yang biasanya ditandai dengan pengadaan acara
secara besar-besaran. Antara kelompok adat istiadat satu dengan yang lain
mempunyai ciri khas tersendiri dalam melakukan kebiasaan ini.
6.
Upacara tradisional.
Seperti contoh :
tingkeban, temu manten, turun tanah, dll.
7.
Pesta rakyat
tradisional.
Biasanya dilakukan untuk
kepentingan bersama, seperti contoh :
bersih desa dan meruwat.
Beberapa contoh folklor sebagian lisan yang
terdapat di jazirah arab:
·
Tari perut
Tari perut memiliki sejarah yang
panjang sejak dari kemunculannya, hingga kini tari perut masih menjadi salah
satu hiburan yang dapat dinikmati pelbagai kalangan masyarakat arab.
·
Jafin
Tari
yang satu ini telah terinjeksi nilai-nilai moral yang ditanamkan oleh agama
islam seperti kesopanan dan tertutupnya aurat, namun tidak mengubah kesan
gembira dan meriah yang terkandung dalam tariannya.
1.5
Folklor
Bukan Lisan (non verbal folklore)
Folklor bukan lisan merupakan
foklor yang bentuknya bukan lisan, yaitu lebih kepada peninggalan-peninggalan
dalam bentuk materiil (artefak), akan tetapi cara pembuatannya dilakukan secara
lisan. Folklor bukan lisan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Material
a.
Arsitektur rakyat
Merupakan sebuah seni ilmu merancang bangunan.
Biasanya berupa candi-candi, bangunan-bangunan suci, dan prasasti yang berusia
sampai berabad-abad lamanya. Biasanya dilestarikan untuk dokumen
sejarah/kebudayaan, dan ada juga sebagian yang masih tetap digunakan untuk
tempat persembahan/persembahyangan sampai saat ini.
b. Kerajinan tangan
Dulunya dibuat untuk
sekedar mengisi waktu luang, atau untuk kebutuhan rumah tangga. Memiliki
keontetikan tersendiri untuk memperkenalkan suatu kebudayaanetnik tersebut.
Biasanya menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, atau hasil hutan.
c. Pakaian tradisional
Antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain mempunyai
cirri khas tersendiri dalam hal ini. Dalam setiap sulaman yang dibuat memiliki
unsur filosofis dan keunikan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri.
d. Perhiasan
Seperti halnya pakaian, perhiasan juga mempunyai cirri
tersendiri dalam bentuk, motif, ataupun penggunaanya sebagai pelengkap pakaian
yang dikenakan.
e. Obat-obatan tradisional
Ramuan-ramuan
yang digunakan sebagai ramuan herbal, yang didapat dari hasil hutan ataupun
kebun dan mempunyai khasiat yang beragam. Seperti : jahe dan kunyit sebagai
obat masuk angin.
f. Masakan dan minuman
Cita
rasa yang berbeda dan unik merupakan maksud utama dari berkembangnya citra
masakan dan minuman tradisional dari masa ke masa.
2. Bukan Material
a. Musik rakyat
musik ini biasanya
digunakan pada acara-acara ritual adat-istiadat.
b. Gerak isyarat tradisional.
c. Bunyi isyarat komunikasi rakyat
Suatu
bahasa rahasia yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat untuk saling
berkomunikasi/berbagi berita yang sifatnya tertutup, dan hanya merekalah yang
mengerti maksud dari isyarat tersebut.
Berikut ini adalah beberapa
contoh folklor bukan lisan yang terdapat di jazirah arab:
·
Arsitektur bangunan
Hampir
setiap masjid yang kita temui terdapat peninggalan folklor arsitektur bangunan
khas bangsa arab, yaitu kubah dan menara.
·
Pakaian tradisional
Pakaian tradisional yang
digunakan oleh bangsa arab menyesuaikan iklim dan cuaca di daerah tersebut,
dimana pakaian itu didominasi warna terang supaya tidak menyerap panas, dan
juga longgak agar memungkinkan terjadi sirkulasi udara.
1.6 Fungsi Folklor
Adapun fungsi folklor yang
dibagi menjadi empat (James Danandjaja, hal. 19), yaitu:
1.
Sebagai alat pencermin angan-angan suatu
kolektif.
Folklor disini berfungsi sebagai
alat penggambaran angan-angan secara kolektif, karena keinginan atau imajinasi
manusia sering kali ingin di wujudkan kedalam sesuatu yang nyata.
2.
Sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga
kebudayaan.
Folklor bersifat sebagai lambang kebudayaan
bagi etnik komunitas tertentu dan memiliki cirri yang unik satu sama lain.
3.
Sebagai alat pendidikan anak.
Sebagai pengajaran nilai-nilai
luhur atau norma-norma tak tertulis yang berlaku di dalam komunitasnya selama
ratusan tahun yang dimulai dari nenek moyang mereka terdahulu.
4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar
norma masyarakat dipatuhi.
1.7 Sifat Folklor
Folklor yang baik
mempunyai salah satu dari tujuh macam sifat ialah (Ny. Yoharni dkk: 1979:10):
1.
Bersifat didaktis
2.
Bersifat kepahlawanan
3.
Bersifat keagamaan
4.
Bersifat pemujaan
5.
Bersifat adat
6.
Bersifat sejarah, dan
7. Bersifat
humoris.
KESIMPULAN
Folklor
adalah bagian dari kebudayaan. Folklor
apapun bentuk dan wujudnya diciptakan atau dikreasikan oleh manusia (man
made). Folklor dari generasi ke genarasi diwariskan melalui lisan, setengah
lisan (sebagian lisan) ataupun bukan lisan.
Folklor berfungsi
sebagai alat pencerminan angan-angan, pengesah pranata, pendidikan anak, dan
pemaksa agar norma masyarakat dipatuhi.
Folklor yang baik bersifat didaktis,
historis, humoris, heroik, religius, kultus (individu), dan tradisional.
Folklor
dibagi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan,
sebagian lisan, dan bukan lisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar