Jumat, 26 Oktober 2012

Psikologi pembelajaran bahasa Arab


A.    Pengertian psikologi pembelajaran
Psikologi pembelajaran sebagai suatu sub disiplin ilmu psikologi yang berasal dari kata "psikologi" dan "pembelajaran". Oleh karena itu, untuk mendefinisikan psikologi pembelajaran akan sangat bagus jika didefinisikan masing-masing lebih dahulu. 
Psikologi didefinisikan sebagai kajian saintifik tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Dengan demikian, ada tiga gagasan utama dalam definisi ini yaitu : 'saintifik', 'tingkah laku', 'proses mental'.
Pengertian psikologi dalam bahasa Arab “Ilmu nasf” yang berarti ilmu jiwa, sedangkan pengertian pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk membelajarkan siswa. Menurut Oemmar Hamalik, pembelajaran adalaah suatu komuninkasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya.
       Saintik bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik yaitu dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Nyatakan masalah dan tentukan hipotesis yang hendak dikaji
  2. Reka bentuk kajian dan tentukan teknik pengumpulan data
  3. Pengumpulan data dan melakukan analisis data
  4. Melaporkan penemuan untuk memastikan apakah hipotesis yang telah dirumuskan dapat dibuktikan 
Tingkah laku ialah aktivitas apa saja yang dapat diperhatikan, dicatat dan diukur. Tingkah laku juga dapat diperhatikan apabila individu menyebut atau menulis sesuatu, misalnya, catatan seorang tentang ketakutannya atau sikapnya sesungguhnya juga merupakan tingkah laku orang yang bersangkutan.
Proses mental mencakup segala proses yang terlibat dengan pemikiran, ingatan, pembelajaran, sikap, emosi, dan sejenisnya, inilah yang menjadi perhatian para ahli psikologi, namun perlu ditegaskan di sini bahwa proses-proses itu tidak mudah dilihat sehingga tidak mudah pula dalam mencatat dan mengukurnya secara tepat, oleh sebab itu, pada tahun 60-an, ahli-ahli psikologi enggan menerima kajian mengenai proses-proses ini karena sulit dijalankan secara saintik. Bagaimana pun paradigma telah berubah dan dengan kaedah-kaedah baru, kajian mengenai proses-proses mental itu tetap diterima sebagai psikologi.
Setelah membahas tentang psikologi, berikutnya adalah pembelajaran. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. dalam proses pembelajaran tidak hanya melibatkan penguasaan fakta atau konsep sesuatu bidang ilmu saja, tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan yang berkaitan dengan emosi, kasih sayang, benci, hasrat, dan kerohanian. Pembelajaran tidak terbatas pada apa yang kita rancangkan saja, tetapi juga melibatkan pengalaman yang di luar kesadaran kita, seperti peristiwa kemalangan atau seorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama.
Menurut Nana Sudjana bahwa pembelajaran adalah sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar, dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa anak kearah tujuan, lebih dari itu anak atau siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan balajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai. dengan demikian pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
Dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya mengacu pada upaya membina dan mengembangkan keempat segi kemampuan bahasa, yaitu:
a.       Menyimak (istima').
b.      Berbicara (takallum)
c.       Membaca (qiro'ah)
d.       Menulis (kitabah)
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kepada peserta didik kemampuan memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif), dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara tulisan (ekspresif).
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa "Psikologi Pembelajaran" didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji mengapa, bilamana, dan bagaimana proses pembelajaran berlangsung sebagai suatu organisme. Semua organisme mempunyai kapasitas untuk belajar selagi organisme itu mempunyai otak. Tumpuan perhatian ahli Psikologi Pembelajaran adalah mengkaji mengapa, bilamana, dan bagaimana proses pembelajaran berlaku.
B.     Psikologi  pembelajaran dalam pembelajaran bahasa arab
1.      Psikologi pengajar
Dalam hal ini terkait dengan guru atau pendidik selaku seseorang yang membetikan pembelajaran kepada murid atau peserta didik, bagaimana cara tepat bagi seorang pengajar pada saat mengajar murid-murid mereka.
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metodologi belajar saja, biasanya para pengajar ketika mengajara berharap untuk menjaga disiplin kelas tanpa mengetahui karakter dari peserta didik, pada saat itu seorang pengajar sering bertindak otoriter, menjauhi siswa, bersikap dengan menjauhi siswa, bersikap dingin, biasanya hal itu untuk menyembunyikan rasa takut kalau dianggap lemah, kebanyakan asehat yang sering diberikan misalnya agar guru bertindak keras pada saat permulaan, hal itu semata-mata bertujuan untukmemberikan rasa takut pada peserta didik agar peserta didik menjadi seseorang yang penurut nantinya.
Ada beberapa mitos pengajaran yang telah berlaku beberapa generasi, yaitu :
a.       Guru harus bersikap tenang tak berlebih-lebihan dan dingin menghadapi situasi, tidak boleh kehilangan akal, marah sekali atau menunjukkan kegembiraan yang berlebihan. Dia harus bersikap netral dalam segala masalah dan tidak menunjukkan pendapat pribadinya.
b.      Guru harus dapat menyukai siswanya secara adil. Ia tidak boleh membenci dan memarahi siswa Guru harus memberlakukan siswanya secara sama
c.       Guru harus mampu menyembunyikan perasaannya meskipun terluka hatinya, terutama di depan siswanya yang masih mud Guru diperlukan oleh siswanya karena siswanya belum dapat bekerja sendiri
d.      Guru harus dapat menjawab semua pertanyaan yang disampaikan oleh siswanya




Menurut Abu Ahmadi ada juga beberapa anggapan peserta didik tentang pelajaran bahasa Arab, yaitu:
a.       Peserta didik biasanya menganggap bahwa bahasa  Arab adalah sesuatu (pelajaran) yang sangat sulit untuk dipelajari.
b.      Peserta didik menganggap bahwa para guru bahasa Arab adalah seseorang yang kolot dan tidak menyenangkan.
c.       Peserta didik menganggap bahwa bahasa Arab adalah pelajaran yang membutuhkan hafalan yang sangat banyak.
d.      Peserta didik kebanyakan menganggap bahwa bahasa Arab adalahpelajaran yang tidak terlalu penting.
Hal yang memberikan pengertian salah tentang guru, terutama guru bahasa Arab, membuat para guru merasa tertekan dengan keadaan kelas yang hening, tidak menyenangkannya proses belajar mengajaar, tidak antusiasnya para peserta didik dan keadaan-keadaan lain yang membuat para guru merasa tertekan.
      Para pengajar juga biasanya menghindari situasi dimana para peserta didik bertanya sesuatu yang mungkin belum diketahui oleh pengajar dengan cara tidak mau mengakui ketidak tahuannya.
Sejatinya guru bukanlah mahkluk yang berbeda dengan siswanya, dia harus dapat berpartisipasi di dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh siswanya dan yang dapat mengembangkan rasa persahabatan secara pribadi dengan siswanya dan tidak perlu merasa kehilangan kehormatan karenanya, rasa takut dan was-was dalam keadaan tertentu adalah hal biasa.
Menurut Combs dalam Soemanto Wasty (1998), pengajar yang baik adalah :
a.       Pengajar  yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik
b.      Pengajar  yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang.
c.       Pengajar cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai.
d.      Pengajar yang melihat orang-orang dan  perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam; jadi bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika; jadi bukan orang yang pasif atau lamban.
e.       Pengajar  yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya; bukan menghalangi, apalagi mengancam
Prof. Dr. Saroj Buasri (1970) berpandangan bahwa pengajar yang baik hendaknya mempunyai tiga kualitas besar, yaitu:
a.       Pengajar  yang baik harus mengajar dengan baik. Pengajaran yang baik berasal dari pengetahuan tentang teknik-teknik pengajaran yang sifatnya ilmiah, ada komitmen untuk mempersiapkan bahan-bahan belajar dan pengakuan atas perlunya memadukan moralitas dengan pengajaran.
b.      Pengajar yang baik harus terus belajar dan melakukan penelitian untuk pengembangan dan pengetahuannya
c.       Pengajar yang baik harus membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, untuk membantu orang atau masyarakat yang memerlukannya.

2.      Aplikasi psikologi pembelajaran
Menurut C.Asri Budiningsih, aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan peraktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
 Alasan ini disebabkan karena aliran behavior menekankan pada terbentuknya model hubungan stimulus dan respon. Sehingga sangat terkesan pelajar menjadi individu yang pasif  yang berperilaku sesuai stimulus yang diberikan pengajar. Dan metode yang dipakai dalam teori ini hanya menggunakan metode pembiasaan atau drill, sehingga pelajar dapat dibentuk dengan situasi tertentu.
Maka untuk mengaplikasikan teori ini dibutuhkan beberapa hal, antara lain menurut C.Asri Budiningsih adalah tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia pembelajaran yang dirancang dan dilaksananakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Teori behavioristik merupakan teori yang secara khusus bicara tentang perubahan tingkah laku yang nampak secara lahiriah, karena itu para pelajar diatur dengan penegakan disiplin yang ketat dan mengutamakan pembelajaran melalui buku teks yang merupakan pegangan wajib pelajar.
 Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan  dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi :
·         Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
·         Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal ( entery behavior) siswa.
·         Menentukan materi pelajaran.
·         Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dan sebagainya.
·         Menyajikan materi pelajaran
·         Memberikan stimulus dapat berupa pertanyaan, baik lisan maupun tertulis, tes / kuis, latihan atau tugas-tugas.
·         Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
·         Memberikan penguatan / reinforcement ( mungkin penguatan positif) ataupun penguatan negatif) ataupun hukuman.
·         Memberikan stimulus baru
·         Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
Berikut adalah contoh  pengaplikasian teori belajar behavior berdasarkan  teori belajar E.L. Thorndike.
1.      Tujuan pembelajaran:
·         Siswa  dapat  mengucapkan  kosa  kata   dalam   bahasa   Arab   tentang fasilitas umum.
·         Siswa dapat menggunakan  kosa kata bahasa arab (fasilitas umum) dalam kalimat.
2.       Pengetahuan Awal :
·         Siswa telah mengetahui Bahasa Arab tentang Isim Isyarat (kata tunjuk).
3.      Materi Pelajaran          :  Fasilitas umum 
4.      Sub pokok bahasan     :  -
5.       Penyajian materi         :  Praktek yang dilakukan oleh guru
6.      Memberikan stimulus  :  Pertanyaan yang diberikan oleh guru
7.      Mengamati respon siswa : Siswa dapat menebak apa yang dipraktekkan oleh guru
8.      Memberikan penguatan : pengajar memberikan reward berupa pujian
9.      Memberikan stimulus baru : pengajar memerintahkan siswa untuk melafalkan kosa kata   Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat.
10.  Mengamati respon siswa :Siswa dapat melafalkan kosa kata Bahasa Arab dan menggunakannya dalam bentuk kalimat.
Sedangkan teori belajar kognitif sangat berbeda dengan teori belajar behavioristik. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya, model belajar kognitif menyatakan hubungan tentang adanya tingkah laku seseorang dengan  perpepsi pemahamannya terhadap situasi yang berkaitan erat dengan tujuan belajar yang diinginkan.
Kembali C.Asri Budiningsih mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Maka aliran ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Adapun prinsip – prinsip yang dipakai dalam aplikasi teori kognitif adalah :
a.       Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses . Mereka  mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar, akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
c.       Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karenanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

d.      Untuk menarik minat dan menimgkatkan prestasi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sipelajar.
e.       Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghapal. Agar bermakna, informsi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengeahuan yang dimiliki siswa. Tugas guru adalahnmenunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
f.       Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan  berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

8 komentar: